Willingness to do more (keinginan untuk berbuat lebih)

“Berbenah” Kata ini yang sering kita baca pada halaman awal bulletin, kita juga sering dengar dan bicarakan dalam hidup sebagai umat Paroki Jumapolo, namun sangat disayangkan apabila ini hanya berhenti sampai teori saja, hanya sampai ajakan, gagasan, tanpa ada tindakan nyata dari dalam diri kita masing-masing. Bukankah nasehat yang paling baik adalah memberi “teladan”? Berikut ini adalah suatu contoh nyata yang dilakukan oleh Lingkungan Maria Karangbangun 1, mereka telah mewujudkan suatu bentuk karya nyata yaitu dengan kerja bakti di Gereja Karangbangun. Dimulai dengan 5 orang saja yang tergugah hatinya, kemudian dari 5 orang yang kecil ini bertambah menjadi sekitar 20 orang yang besar. “Setialah dalam perkara kecil maka kamu akan diberikan perkara yang besar” (Mat 25:21). Dimulai juga dari hal kecil yaitu membersihkan tanaman yang menggangu, pohon yang sekiranya tak berfungsi, dll. Kegiatan ini berlangsung tiap dua kali dalam seminggu, sungguh baik bukan? Dari sumber yang kita dapat dari Bapak Markus Priyanto, beliau memaparkan bahwa kegiatan ini tidak ada kesepakatan resmi, namun hanyalah kesadaran dari masing-masing pribadi, dan tujuannya pun sederhana yaitu menciptakan gereja yang bersih dan nyaman ditempati.

Pertanyaannya adalah kemana kita selama ini? Bapak-ibu ? kaum muda kemana pula?
Marilah kita mewujudkan tindakan nyata tersebut, alangkah baiknya jika semua umat bisa seperti itu, Tuhan pasti bangga di atas sana, dan berkat-Nya pun pasti akan melimpah dengan cuma-cuma.
Tidak ada alasan lagi untuk menolak dan menghindari, entah kesibukan lain atau apapun. Tuhan butuh karya kita saat ini, bagaimana jika kita butuh Tuhan dan Dia juga beralasan sibuk? Tidak enak bukan?
Tunggu kapan lagi dan siapa lagi? Wujudkan tindakan anda, saat ini, sekarang juga. Gereja butuh tangan-tangan Anda.

Berbenah dalam semangat Paskah

Mandiri, rasanya kata-kata itu sering terdengar akhir-akhir ini, mandiri secara harafiah diartikan mampu mengambil keputusan sendiri dan mampu mempertanggung jawabkannya. Orang yang mandiri berarti orang yang bisa mencukupi kebutuhannya sendiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Keluarga yang mandiri berarti keluarga yang sudah lepas dari orang tuanya dan mampu berumah tangga sendiri. Begitu juga dengan gereja, gereja yang mandiri berarti gereja yang mampu menjalankan bahteranya sesuai dengan arah dan tujuan yang telah ditentukan. Punya anggota yang berjiwa besar dan hati rela berkorban serta tak pernah putus asa dalam mengarungi lautan jaman yang bergelombang dan penuh badai serta taufan sehingga akhirnya sampai di pantai kebahagiaan bersama Tuhan. Apakah gereja kita sudah seperti bahtera di atas? Atau kita seperti anggota bahtera itu? Rasanya belum, tetapi tidak berarti itu mustahil. Gereja pertama yang dibangun oleh para rasul melewati rintangan yang sangat berat dan bertubi-tubi sebelum akhirnya menjadi besar, menyebar dan agung seperti saat ini. Masih banyak waktu, mengingat umur dari gereja kita yang baru beberapa waktu yang lalu beranjak mandiri, tetapi kita tidak boleh lengah oleh waktu karena Tuhan datang seperti pencuri di malam hari. Kita harus berbenah mulai dari sekarang, mulai dari hal kecil yang fundamental seperti pesan Yesus “Setialah pada perkara-perkara kecil...” mulai dari diri sendiri mulai dari hati yang bersih dan keluarga yang harmonis. Baru kemudian kita bersama-sama berkarya lewat gereja untuk lebih mulianya nama Tuhan.

ALPHA DAN OMEGA

Liturgi Malam Paskah selalu diawali dengan misteri Kristus yang luhur ini : “Kristus dahulu dan sekarang, awal dan akhir, Alpha dan Omega, segenap waktu dan segala jaman milikNya, kemuliaan dan kekuasaan hanya bagiNya sepanjang abad.” Kemudian tangan imam memberkati lilin

Paskah, symbol cahaya dan kebangkitan kristus, dan memasang angka pada perhitungan tahun yang sedang berjalan. Dan tiap tahun dalam peristiwa paskah kebangkitan kristus kita dimateraikan dengan iman yang sama ini: Kristus bangkit mengatasi waktu. Ia awal dan akhir kehidupan manusia.

Mulai dari pintu gerbang gereja, ketika ruang ibadat dan ruang batin masih tertutup kegelapan, iman kita telah diterangi dengan credo bahwa Kristus adalah “Terang” yang datang mengusir kegelapan hati manusia. Terang Kristus membawa keselamatan bagi setiap manusia termasuk dosa dan kematian yang terlingkupi oleh satu peredaran waktu. Ia benar-benar awal dan akhir dari waktu, Ia memilih segala waktu. kebangkitanNya yang dikenang dalam perayaan Paskah, meneguhkan keyakinan umat bahwa Dialah Tuhan diatas segalanya.
Bapa Suci, Paus Yohanes Paulus II menegaskan iman ini dengan jelas dalam surat apostoliknya Tertio Millenio Adveniente. Tak hanya kebangkitan, tetapi berawal dari kelahiran Yesus Kristus sebenarnya telah merupakan kegenapan waktu. Pemenuhan justru terjadi oleh kenyataan bahwa Allah adalah penjelmaan, datang dan masuk kedalam sejarah manusia, dalam bahasa Paulus, ia menyebut: “Setelah genap waktunya, maka Allah akan mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan….” (Galatia 4:4).
KedatanganNya ini sungguh-sungguh menjelaskan bahwa keabadian (rela) masuk kedalam waktu, Ia tidak terbatas masuk kedalam yang terbatas. Ia yang bukan daging turun menjadi “daging” lemah. Ini merupakan suatu pemenuhan dan penggenapan yang tiada taranya. Suatu kerendahan hatu yang tiada taranya dan teramat luar biasa dari seorang Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi subjek yang dikenal olah seluruh kemanusiaan manusia. Dan, Allah mengambil prakarsa itu.
Seluruh kepenuhan Allah benar-benar dinyatakan dalam diri Yesus Kristus. Ia menjadi awal baru dari segala sesuatu. Dan dalam Dia, segala sesuatu kembali ke jati dirinya, segala sesuatu diangkat dan dipersembahkan kepada pencipta yang menjadi asalnya. Dalam arti ini Kristus merupakan pemenuhan dambaan semua agama dunia, bahkan pemenuhan satu-satunya dan mutlak. Dalam Kristus, agama tidak lagi merupakan suatu pencarian secara membuta akan Allah, tetapi jawaban akan iman. Paus menambahkan, “ Seperti Allah dalam Kristus berbicara kepada umat manusia tentang diriNya, demikian juga dalam Kristus semua umat manusia dan seluruh ciptaan berbicara tentang diriNya kepada Allah. Sungguh seluruh bangsa dan seluruh alam akan menyerahkan diri dalam perjalanan waktu dalamNya.” Inilah kebenaran iman, bahwa Yesus Kristus tidak hanya sekedar pemenuhan segala sesuatu dalam Allah, tetapi seluruh ciptaan kepada kenyataanya adalah perwujudan dari kemuliaanNya.
Pemenuhan ini adalah bukti kehadiran Allah, maka munculah kewajiban untuk menguduskan waktu. Dalam persepsi Thomas Aquinas, manusia harus menciptakan hati yang bersih untuk siap masuk dalam suasana rahmat. Suasana rahmat mengandaikan keinginan dan tekad manusia untuk memperbaharui iman karena yang ada dihadapannya adalah kudus dan suci. Menguduskan waktu dan menguduskan diri, merupakan rahmat Allah sendiri yang melingkupi manusia beriman. Paskah bagi kaum beriman bermakna kehadiran Allah dalam kepenuhanNya. Paskah adalah tugu iman yang mengenang kodrat altruisme Allah tertinggi. Ia membuat keterbatasan manusia masuk dalam suatu keadaan keabadian kasih yang justru menjadi kodratnya sendiri. Paskah adalah monumen termulia dari kasih Allah. Ia melebur semua pencarian kasih manusia selama ini dalam kasihNya yang tak terbatas. Allah membiarkan manusia yang kadar kedosaanya takkan sanggup masuk dalam rahmatNya, masuk dalam keabadian kasihNya melalui Kristus. Allah menampakan diriNya dalam wujud Kristus yang melingkupi segala waktu dan zaman.
Dalam Kristus, manusia diantar masuk kedalam keabadian rahmat. Karena melalui Dia, awal dan akhir (alpha dan omega) dari peredaran waktu dipersatukan. Dan bila lilin paskah itu bersinar dari gerbang gereja hal itu meneguhkan keyakinan bahwa keabadian, cahaya Kristus yang tak terpadamkan melingkupi kita, proficiat!!

Br Blasius BM

Mau Kemanakah Aku?



Untuk merayakan kemenangan Tuhan atas dosa dan maut rasanya tidak cukup hanya dengan sekedar perayaan ekaristi saja. Tetapi bagaimana kita menyikapi semangat kemenangan ini dalam kehidupan kita sehari- hari. Sebagai orang Kristiani yang percaya bahwa kita telah ditebus oleh Yesus dengan tubuh dan darahNya, selayaknya kita menghormati momentum tersebut dan terlebih mengimaninya sebagai kesempatan kedua bagi kita. Lalu bagaimana kita mengimaninya? Tidak lain dan tidak bukan dengan selalu bersyukur, dari yang lesu menjadi bangkit dan berusaha dengan sungguh-sungguh mengabdi kepada-Nya,. Setiap orang punya caranya sendiri untuk mengabdi. Sebagai seorang pastor mengabdi tentu saja dengan menggembala umat dengan tekun dan tulus, begitu juga dengan prodiakon sebagai pembantu iman semestinya membantu dengan sepenuh hati. Bagi orang tua mengabdi kepada Tuhan dengan cara mendidik anak, menafkahi keluarga, mencukupi segala kebutuhan dan masih banyak lagi. Bagi seorang anak mengabdi berarti belajar dengan tekun, menghormati orang tua dan lain sebagainya. Yang pasti semua hal yang kita lakukan demi kemuliaan Tuhan dan keluhuran nama-Nya merupakan suatu bentuk pengabdian. Dalam kehidupan mengereja, mengabdi punya berbagai bentuk sesuai dengan tempat dan fungsinya, sebagai putra-putri altar, orang muda katolik, ibu-ibu katolik, dan sebagainya. Yang perlu kita ingat bahwa kasih Tuhan bukan untuk hari ini saja, tetapi untuk besok dan untuk selama-lamanya. Jadi mari kita rayakan kemenangan Kristus ini dengan menjadi manusia baru yang selalu mengabdi pada-Nya setiap waktu. Kita mewujudkannya dengan terlibat dalam komunitas apa pun. Karena setiap kita melakukan pekerjaan entah untuk diri sendiri maupun untuk orang lain pasti akan mempunyai rahmat. Tuhan memberkati.

Pesta SP Maria mengunjungi Elisabet

Zef 3:14-18 atau Rom 12:9-16b;
Luk 1:39-56.

Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya.

Tidak terbayangkan sukacita yang dialami Maria dan Elisabet dalam perjumpaan itu. Dua calon ibu dan dua bakal anak saling bertemu, saling berbagi kabar gembira. Tradisi saling mengunjungi sangat kuat juga pada bangsa kita. Kita saling mengunjungi pada hari-hari raya, hari ulang tahun, pada peristiwa-peristiwa gembira seperti pernikahan, kelahiran anak, maupun pada peristiwa-peristiwa sedih seperti kena musibah, penyakit atau kematian. Saling mengunjungi untuk berbagi kegembiraan, sebab kegembiraan yang dibagi menjadi berlipat ganda. Sedangkan kesusahan kalau dibagi tinggal separuhnya. Siapa yang hari ini perlu saya kunjungi?

Yesus mengutuk pohon ara?

1Ptr 4:7-13;
Mrk 11:11-26.

Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya.

Aneh benar bahwa Yesus mengutuk pohon ara. Apa arti tindakan Yesus itu? Kita sudah biasa mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus. Apa yang dilakukan Yesus dengan pohon ara itu adalah sebuah perumpamaan dalam bentuk tindakan. Yang dilambangkan oleh pohon ara itu adalah ibadah orang Yahudi. Mestinya ibadah membuahkan kasih kepada Allah dan kepada sesama, yang nyata dalam perbuatan-perbuatan baik dan hidup yang kudus. Tapi ibadah orang Yahudi bagaikan pohon yang mandul yang tidak berbuah. Maka ia menjadi kering dan mati. Apakah ibadah kita lebih baik dari ibadah Yahudi? Apakah menghasilkan buah-buah kasih atau hanya ucapan bibir yang kosong?

Taman Doa yang sejuk






Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu terpujilah Engkau diantara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus,

Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. amin.