SEJARAH SINGKAT PAROKI SANTO STEPHANUS JUMAPOLO

Sejarah Gereja Santo Stephanus Jumapolo

Gereja Santo Stephanus Jumapolo diawali dari didirikannya SR (SD) Lemahbang oleh Romo Scaat, SJ dan Romo Versteeg, SJ dari Gereja Purbayan pada bulan Juli tahun 1933. Pada saat tersebut SR ini hanya terdiri dari kelas 1, 2 dan 3 yang dipimpin oleh Bapak M. Kasdi Harjo Wardoyo, seorang pemuda Katolik asli dari wonogiri yang baru saja lulus dari Normaal School Ambarawa. Beliau merupakan guru pertama di SR Kanisius tersebut. Lokasi sekolah di rumah carik desa dan siswa pertama hanya 12 orang. Salah satu siswa tersebut bernama Florentinus Sularyono yang akan berperan penting mengembangkan sekolah ini.

Pada tahun 1935 M. Kasdi Harjo Wardoyo dipindah ke Jumapolo untuk membuka sekolah kelas 4 dan 5. Sedangkan pengelola sekolah Lemahbang digantikan Florentinus Tulus Pujo Yuwono seorang pemuda dari Bantul Yogyakarta lulusan Normaal School Ambarawa. Pada tahun 1940 sekolah Lemahbang dipindahkan ke Karangbangun dan namanya menjadi Sekolah Rakyat Karangbangun. Sejak saat itu Florentinus Sularyono ditetapkan menjadi guru di sekolah tersebut.

Waktu demi waktu dari sekolah Katolik dan beberapa tokoh inilah iman Katolik mulai dikenal. Anak-anak lulusan sekolah inilah yang kemudian banyak mengenalkan iman Katolik kepada orang tuanya, saudara-saudaranya dan tetangga-tetangganya sehingga mulai berkembanglah umat Katolik di Jumapolo.

Pada tahun 1948 Rs. Adiyanto seorang putra asal Jumantono lulusan CVO Ambarawa diangkat menjadi guru SR Negeri 1 Jumapolo, dan pada tahun 1948 pulalah untuk pertama kalinya diadakan misa di Jumapolo di rumah Rs. Adiyanto ( Sebelah timur gedung gereja sekarang ) yang dipimpin oleh Rm. C. Martowerdaja, SJ seorang pastor dari Paroki Purbayan Surakarta dan sejak saat itu umat Jumapolo mulai berkumpul sebagai umat Allah. Untuk selanjutnya rumah Rs. Adiyanto dijadikan sebagai tempat setiap kali diadakan perayaan ekaristi yang diadakan setiap sebulan sekali yang dipimpin Imam dari paroki Purbayan Solo, dan sebagai tempat pewartaan melalui Wulangan / pelajaran agama Katolik.

Pada tahun 1948 pula muncul tokoh baru yaitu Tarcisius Sutardi Hardjowiyoto putra asal Tengklik yang kemudian diangkat menjadi Kepala Sekolah SR.Kanisius Karangbangun. Menyadari akan pentingnya pendidikan Katolik yang merata serta pentingnya pewartaan iman Katolik melalui pendidikan, maka pada tahun 1954 Tarcisius Sutardi Hardjowiyoto bersama dengan Rm. Justinus Darmojuwono, Pr. merintis pembangunan Sekolah Rakyat Kanisius Tengklik. Bersama dengan Aloysius Kadi Djayamustopo putra asli Tengklik yang pulang kampung setelah lulus dari MULO kemudian mengembangkan sekolah ini. Tokoh-tokoh ini kemudian mulai mengajarkan iman Katolik kepada murid-muridnya, orang tua, saudara-saudara serta tetangganya. Kemudian secara bersamaan setelah dengan senang dan sadar hati ingin menjadi katolik, mereka dibaptis di gereja Antonius Purbayan Surakarta. Sejak saat itulah kemudian umat Katolik di Tengklik mulai berkembang.

Perkembangan Gereja Paroki Jumapolo

Romo Tan Kiong Hwat, Pr pada tahun 1954 membeli tanah kemudian dibangun sebuah rumah berbentuk Limasan serotongan. Rangka bangunannya di beli dari Desa Karang Tengah Sangen Jatipuro, dinding dibuat dari batu bata dan dalam pembangunan tersebut dipimpin oleh Romo Leber, SJ. Bangunan inilah yang kemudian menjadi Gereja Santo Stephanus Jumapolo. Pada tahun 1966 dibangun gedung pasturan oleh Rm. Leber, SJ. Tahun 1973 bangunan gereja direhab oleh Rm. Guido Van Delf, SJ berikut menara lonceng yang dibangun di depan gereja.

Wilayah Tengklik pada tahun 1982 membangun kapel berbentuk joglo yang dibiayai dari swadaya umat dan bantuan dari luar yang kemudian diberi nama pelindung Santa Theresia. Kapel Santo Petrus Karangbangun dibangun pada tahun 1994.

Perkembangan pembangunan gereja paroki selanjutnya pada tahun 1998 oleh Rm. Stormmesand, SJ. bentuk bangunan gereja dan pasturan dirubah total. Sehingga bentuk bangunan gereja dan pastoran menjadi seperti yang kita lihat sekarang.

Penggembalaan

Pada tahun 1945 Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo merupakan salah satu Stasi dari Paroki Santo Antonius Purbayan Solo. Sejak tahun 1968 bersama-sama Stasi Karanganyar mulai dilepas, untuk dipersiapkan menjadi paroki sendiri. Romo Fredericus Leber, SJ ditugasi melayani Stasi Karanganyar dan Jumapolo. Beliau berdomisili di Karanganyar sedangkan Stasi Jumapolo dilayani dari Karanganyar.
Sejak masih di Paroki Purbayan, Romo Fredericus Leber, SJ sudah memperhatikan Jumapolo, karena beliau sering ditugaskan melayani perayaan Ekaristi di Jumapolo. Pada tahun 1966 di Jumapolo sudah ada fasilitas tempat ibadah yang berbentuk rumah biasa. Melihat itu beliau segera mendirikan gedung baru sebagai rumah pastoran dilengkapi dengan ruang tamu, kamar tamu, ruang serba guna yang berfungsi juga sebagai garasi.
Pada tahun 1970 Romo Fredericus Leber, SJ berkenan menetap di Jumapolo, sedangkan Karanganyar dilayani dari Jumapolo. Ini merupakan salah satu usaha untuk mendewasakan Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo yang sudah di mulai sejak tahun 1965, terbukti sejak itu Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo sudah mempunyai buku baptis (Liber Baptismorum) sendiri.
Pada tahun 1999 terjadi alih penggembalaan dari Serikat Jesus kepada Keuskupan Agung Semarang. Penyerahan itu dilakukan oleh Romo Damianus Edi Winarto, SJ kepada Romo Petrus Sajiyana, Pr. Romo Petrus Sajiyana, Pr memangku tugas sebagai Kepala Paroki Santo Pius X Karanganyar dan Paroki Administratif St. Stephanus Jumapolo yang baru, dibantu Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr.
Untuk meningkatkan pelayanan dan penggembalaan di Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo, sejak tahun 2000 Romo Petrus Sajiyana, Pr menentukan kebijakan, bahwa dalam setiap Minggu harus ada Romo yang tinggal di Pastoran Jumapolo selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari JUmat, Sabtu dan Minggu. Hal ini dilaksanakan secara bergilir oleh Romo-romo dari Paroki Santo Pius X Karanganyar, termasuk Romo Petrus Sajiyana, Pr sendiri. Dengan demikian komunikasi antara gembala dan Umat semakin dekat dan pelayanan pun semakin meningkat.
Terhitung mulai 1 September 2003 dengan surat tugas dari Keuskupan Agung Semarang Romo Yohanes Sunyata, Pr di tugaskan untuk memberi perhatian khusus kepada Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo. Maka beliau menetap di Pastoran Jumapolo. Segala urusan administrasi dan kerumahtanggaan Paroki secara bertahap mulai dapat dilaksanakan sendiri di Jumapolo.
Untuk memperlancar tugas pelayanan, sejak dulu sudah di bentuk Dewan Paroki sesuai dengan pedoman yang berlaku. Bahkan pengurus di Wilayah dan Lingkungan pun sudah ada sesuai dengan pedoman yang berlaku dan diisesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing.
Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo dalam rangka meningkatkan efektifitas pelayanan dan pengembangan maka membagi Paroki menjadi tiga (3) wilayah yaitu Wilayah Santo Stephanus Jumapolo Wilayah Santa Theresia Tengklik, dan Wilayah Santo Petrus Karangbagun.
Wilayah Santo Stephanus Jumapolo terdiri dari :
1. Lingkungan Robertus Jumapolo.
2. Lingkungan Florentinus Jatirejo.
3. Lingkungan Eustacheus Bakalan.

Wilayah Santa Theresia Tengklik terdiri dari :
1. Lingkungan Petrus Tengklik 1.
2. Lingkungan Yusup Tengklik 2.
3. Lingkungan Bartolomeus Tengklik 3.
4. Lingkungan Simon Tengklik 4.
5. Lingkungan Philipus Tengklik 5.
6. Lingkungan Mateus Tengklik 6.
7. Lingkungan Yakobus Tengklik 7.

Wilayah Santo Petrus Karangbangun :
1. Lingkungan Maria Karangbangun 1.
2. Lingkungan Paulus Karangbangun 2.
3. Lingkungan Yosef Karangbangun 3.
4. Lingkungan Yohanes Jatipuro.
5. Lingkungan Andrianus Jatiyoso.
Keberadaan lingkungan mencerminkan adanya Umat basis territorial yang ikut menentukan kehidupan Paroki. Sebagai Umat di tingkat basis, lingkungan memberi sumbangan yang amat mewarnai kehidupan Paroki. Keberadaan lingkungan-lingkungan yang berbeda latar belakang kehidupannya memberi panorama dan pelangi kehidupan jemaat yang saling memperkaya.
Lingkungan berfungsi sebagai basis pembinaan iman dan hidup menjemaat. Di sanalah Umat Kristiani menghayati imannya setiap hari dalam aneka kegiatan, seperti: Misa, doa lingkungan, latihan Koor, paguyuban ibu-ibu dan bapak-bapak, sarasehan APP, pendalaman Kitab Suci, doa Rosario, ziarah, dan masih banyak kegiatan lain. Kegiatan-kegiatan ini adalah wujud dari dinamika Umat lingkungan. Lewat itu semua, pembinaan iman Umat dijalankan, dan dengan demikian pelayanan Pastoral bagi jemaat basis juga dikembangkan.
Lingkungan-lingkungan ini tidak bersifat tertutup tetapi berciri terbuka. Artinya, keberadaan lingkungan adalah bagian dari seluruh Paroki. Cirri terbuka ini juga tercemin dalam kepekaan menanggapi kehidupan bermasyarakat. Jemaat lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari masyarakatya. Maka adalah kewajibannya untuk ikut serta dalam gerak kemasyarakatan demi kepentingan bersama.
Kepengurusan Wilayah dan lingkungan semakin diefektifkan fungsinya untuk menumbuhkembangkan Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo. Bila ada masalah yang penting dan mendesak, Dewan Harian Paroki bersama Romo terjun langsung ke Wilayah atau pun ke lingkungan untuk mengadakan pendekatan, sosialisasi, maupun motivasi kepada Umat. Dengan demikian koordinasi antara Paroki dan Umat di lingkungan-lingkungan semakin terjalin. Usaha-usaha di atas semakin memacu perkembangan Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo yang semakin nampak nyata.

4. Perayaan Ekaristi

Tahun 1948 untuk pertama kali misa diadakan di Jumapolo oleh Romo C. Martowerdaja, SJ dan sejak saat itu setiap bulan sekali di Jumapolo diselenggarakan perayaan Ekaristi di rumah Bapak Rs. Adiyanto, di sebelah timur gereja Jumapolo sekarang ini. Umat yang mengikuti perayaan Ekaristi datang dari Kecamatan Jumapolo, Jatipuro dan Jumantono. Perayaan Ekaristi tersebut dilayani oleh Romo dari Paroki Purbayan.
Di samping itu tahun 1953 di Tengklik juga mulai diselenggarakan Misa "Selapanan" setiap tiga puluh lima (35) hari sekali, bertempat di rumah Bapak Tarsisius Sutardi Hardjowiyoto. Karena Umat di Tengklik semakin bertambah, sejak tahun 1962 pelayanan perayaan Ekaristi diselenggarakan di ruang kelas Sekolah Dasar Kanisius Tengklik. Pada tahun 1982 Tengklik sudah memiliki Kapel, sehingga perayaan Ekaristi di Wilayah Tengklik diselenggarakan di kapel tersebut. Tahun 1965 untuk pertama kalinya Misa diselenggarakan di Karangbangun di rumah Bp. Florentinus Sularyono oleh Romo Tan Kiong Hwat, Pr untuk selanjutnya Misa diadakan sebulan sekali. Tahun 1965 gedung Sekolah Dasar Kanisius Karangbangun difungsikan juga sebagai Kapel sehingga Misa diselenggarakan di gedung itu. Tahun 1994 Wilayah Karangbangun mempunyai gereja sendiri sehingga perayaan Ekaristi diselenggarakan di gereja tersebut.
Tahun 1975 Paroki Santo Pius X Karanganyar menjadi Paroki mandiri, perayaan Ekaristi di Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo dilayani oleh Romo Paroki Karanganyar. Sejak Romo Wolf Gang Bock Kastawa, SJ yang diteruskan oleh Romo AJ. Hardjasudarma, SJ dan semua penggantinya, perayaan Ekaristi tidak hanya dilaksanakan di Jumapolo tetapi juga di Wilayah dan lingkungan di Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo.

Penyelenggaraan Perayaan Ekaristi di Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo, diatur sebagai berikut :
1. Di gereja Paroki Jumapolo diselenggarakan sebulan dua kali.
2. Di gereja/kapel Santa Theresia Tengklik dan Santo Petrus Karangbangun masing-masing diadakan sebulan sekali.
3. Di samping itu juga diselenggarakan perayaan Ekaristi di beberapa lingkungan sebulan sekali.
Setelah Romo Petrus Sajiyana, Pr menjabat Kepala Paroki Santo Pius X Karanganyar, yang juga melayani di Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo, perayaan Ekaristi diatur sebagai berikut :
1. Di gereja Paroki setiap hari Minggu pagi jam 07.00 WIB.
2. Di Kapel Santa Theresia Tengklik setiap hari Sabtu I dan Sabtu III jam 16.00 WIB.
3. Di Kapel Santo Petrus Karangbangun setiap Sabtu II dan Sabtu IV jam 16.00 WIB.
4. Sebanyak 15 lingkungan dilayani setiap sebulan sekali sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Setelah Romo Yohanes Sunyata, Pr menetap di Jumapolo, diselenggarakan Misa pagi setiap hari. Misa harian mulai diadakan pada tanggal 16 September 2003. Setiap hari Senin Jam 06.00 WIB Misa di Bruderan Budi Mulia Karangbangun. Sedangkan di gereja Paroki diselenggarakan Misa pagi setiap hari Selasa s/d jumat jam 05.30 WIB, kecuali hari Jumat I, Misa dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB. Di samping itu, juga diselenggarakan Misa Sabtu pertama (Sabtu Imam) di Gereja Paroki jam 05.30 WIB.
Dalam membantu Romo melayani Umat di Paroki Administratif Santo Stephanus Jumapolo terdapat 34 orang Prodiakon yang berdomisili tersebar di 15 lingkungan. Mereka membantu Romo untuk menerimakan komuni pada Misa hari Sabtu di Wilayah dan pada hari Minggu di Paroki secara bergilir. Prodiakon juga memimpin ibadat Sabda di lingkungan atau wilayah dan juga memimpin doa ujub, doa pemakaman, dan pemberkatan lainnya di lingkungan.
Dalam perayaan Ekaristi hari Minggu di gereja, dibantu oleh kelompok koor yang bertugas secara bergilir, karena di tiap lingkungan sudah ada kelompok koor sendiri. Semuanya ada 19 kelompok koor, yakni : 15 kelompok koor dari lingkungan-lingkungan, kelompok koor ibu-ibu, kelompok koor Sekolah Dasar Kanisius Karangbangun dan Sekolah Dasar Kanisius Kedawung, kelompok koor SMPK Bharata II Tengklik, dan kelompok koor Mudika. Selain itu kelompok petugas Lektor pun sudah diatur secara bergilir. Sebelumnya mereka telah mengikuti pelatihan/pendampingan. Demikian pula putra-putri altar mereka ditugaskan secara bergilir.

5. Tokoh – Tokoh Gereja Santo Stephanus Jumapolo
a. Tokoh – Tokoh Perdana

· Tengklik : Bp. Tarsisius Sutardi Harjowiyoto
· Jumapolo : Bp. Rs. Adiyanto
· Karangbangun : Bp. Florentinus Sularyono
· Jatipuro : Bp. Cipto Wardoyo

b. Tokoh – Tokoh Kemudian
· Jatirejo : Bp. Florentinus Tulus Poedjojuwono
· Bakalan : Bp. Ignatius Prawiro Soekasmo
Bp. Yoseph Sunarno
· Jumapolo : Bp. Ignatius Sutanto
Bp. Romanus Sugiyatno
Bp. Petrus Canisius Adi Sarwono

c. Para Romo Yang Pernah Berkarya Di Paroki Santo Stephanus Jumapolo
NO
NAMA ROMO
TAHUN BERKARYA
1 Romo L. Daroewendo, SJ 1948-1951
2 Romo Th. Poesposoeparto, SJ 1949-1950
3 Romo A.P. Poerwodihardjo, Pr 1951-1956
4 Romo C. Martowerdaja, SJ 1950-1958
5 Romo Yustinus Darmojuwono, Pr 1955-1961
6 Romo S. Tan Kiong Hwat, Pr 1955-1961
7 Romo A. Tjakrawardaja, Pr 1956-1960
8 Romo Fredericus Leber, SJ 1963-1971
9 Romo Guido Van Delf, SJ 1971-1974
10 Romo Walfgang Bock Kastawa, SJ 1975-1982
11 Romo AJ. Hardjasudarma, SJ 1983-1992
12 Romo Ferdinandus Yuswar Riyana, SJ 1992-1998
13 Romo Emanuel Maria Supranowo, Pr 1993-1997
14 Romo Storm Zand, SJ 1995-1998
15 Romo Fransiskus Xaverius Suhanto, Pr 1997-1999
16 Romo Damianus Edi Winarto, SJ 1998-1999
17 Romo Petrus Sajiyana, Pr 1999-sekarang
18 Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr 1999-2000
19 Romo Petrus Noegroho Agung. S.W, Pr 2000-2002
20 Romo Yohanes Ngatmo, Pr 2000-2003
21 Romo Yohanes Sunyata, Pr 2002-2009
22 Romo Fransiskus Xaverius Endra Wijayanta, Pr 2003-2006
23 Romo Dominicus Donny Widiyarso, Pr 2006-2008
24 Romo Rafael Tri Wijayanto, Pr Sekarang

0 komentar:

Posting Komentar

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. (Luk 10:21)