Frater Yohanes Wicaksono



Siapa sich yang tidak kenal Frater Wicak yang selalu menebar senyum dimana-mana ini? Mungkin hanya orang-orang yang malas kegereja saja yang tidak mengenal Frater yang sangat luwes ini. Frater Yohanes Wicaksono adalah seorang rohaniwan (calon Romo) yang berada di Paroki Jumapolo sebagai pendamping Romo Rafael Tri Wijayanto selama 1 tahun, yaitu pada tahun 2009/2010. Di Paroki Jumapolo, umat akrab menyebut nama Frater Yohanes Wicaksono dengan sebutan Frater Wicak, sesuai dengan perkenalan beliau waktu pertama kali menjejakkan kakinya di Jumapolo. Berbeda dengan panggilannya di Paroki Jumapolo, panggilannya di rumah adalah Sony. Mungkin pembaca juga sudah tahu kalau frater kita sekarang terserang penyakit logat “Holuluah” yang memang logat itu identik dengan logat umat di Jumapolo. Sedikit bocoran saja, dulu saat Frater ini menginjakan kaki di tanah Jumapolo tercinta ini ada seorang yang mengucap kata “ Holuluah” dan istilah-istilah khas jumapolo seperti horok, thek, ndak, dan sebagainya ini. Respon dan tanggapan frater mesti ketawa dan bertanya apa arti dari istilah-istilah itu. Tapi tidak secara langsung Frater Wicak sekarang tertular virus logat jumapolo ini dan asal tahu saja virus logat ini tidak ada obatnya. Mau tahu sosok frater lebih banyak?
Frater Yohanes Wicaksono lahir di Yogyakarta pada tanggal 15 Mei 1985. Frater Wicak adalah bungsu dari putra pasangan Paulus Pardjanto dan Christiana Ismaidah. Dia mempunyai 3 saudara, yaitu kakak pertamanya adalah Mbak Nina, kakak keduanya adalah Mbak Tyas (almarhum, yang telah meninggal pada tahun 2006), dan yang ketiga adalah Mas Bram. Frater memiliki hobi membaca komik, bermain badminton, dan memelihara kelinci.
Frater Wicak telah menempuh pendidikan di TK Angkasa Yogyakarta selama 1 tahun dari tahun 1990-1991, lalu melanjutkan sekolahnya di SD N 1 Adi Sucipto (1991-1997) kemudian melanjutkan ke SMP N 15 Yogyakarta (1997-2000). Hingga akhirnya beliau memilih untuk memasuki Seminari Menengah Martoyudan (2000-2004). Setelah lulus dari Seminari, Frater mendaftar sebagai calon Imam Projo untuk Keuskupan Agung Semarang. Kemudian masuk Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Jangli Semarang selama 1 tahun yaitu pada tahun 2004-2005 dan melanjutkan kuliah di Seminari tinggi Santo Paulus Kentungan Yogyakarta.

Panggilan dalam Gereja
Ada dua pilihan
Imamat dan bangun keluarga
Sama-sama bermakna
Tapi kini ku di seminari
Memilih jalan imamat
Mewartakan sabda Tuhan….

Syair di atas merupakan penggalan dari sebuah lirik lagu (gubahan dari lagu Keluarga Cemara) yang menjadi lagu motivasi bagi Frater Wicak dalam menapaki jalan imamatnya. Kali ini Buletin Crabbypati akan mengupas sejarah hidup beliau serta motivasinya memilih menjadi imam.

Beberapa waktu yang lalu kami selaku reporter telah berhasil melakukan wawancara Eksklusif dengan Frater dan mengorek banyak informasi berharga darinya. Berikut ini hasilnya wawancaranya.
Berapa tinggi dan berat Frater sekarang?
Tinggi 165cm, berat 73kg
Apa yang paling ditakuti kalo jadi Romo?
Berdiri lama di mimbar
Apa sejak kecil sudah bercita-cita jadi Romo?
Tidak, sebenarnya dulu bercita–cita jadi polisi terinspirasi film Hunter Humer
Apa alasan jadi Romo?
Melihat Romo waktu homili meriah dan menyenangkan
Apa hobi Frater selama di Jumapolo ini?
Baca komik, pelihara kelinci dan badminton
Kenapa pilih romo Projo?
Karena bisa dekat dengan umat sekaligus bergaul dengan mereka
Bisa cerita sedikit awal mula masuk seminari?
Awalnya hanya melihat brosur pendaftaran seminari di papan pengumuman, kemudian tertarik lalu diantar ibu untuk mendaftar. Lalu mengikuti beberapa rentetan tes, diantaranya psikotes, wawancara dan akademik yang hasilnya bisa dibilang minim, Hanya tes kesehatan saja yang terlihat memuaskan. Tetapi karena berkat Tuhan akhirnya dapat melewatinya.
Kenapa memutuskan mengikuti panggilan untuk menjadi Imam?
Sebenarnya menjadi Romo itu bukan hanya semata-mata panggilan, tetapi menjadi Imam adalah PILIHAN HIDUP saya.
Ada pesan buat adik-adik yang tertarik masuk seminari?
Buat adik-adik SD, kalo tertarik masuk seminari sebaiknya minta bimbingan Romo dan orang tua dulu.
Buat yang sudah kelas 3 SMP dan masih ragu masuk seminari, sebaiknya masuk SMA dulu dan mantapkan hati, cari pengalaman, dan baru masuk Seminari, agar lebih mengenal dunia luar.
Buat yang sudah lulus SMA mau kuliah atau bekerja dulu tidak apa-apa, asah kemampuan sebanyak-sebanyaknya baru masuk Seminari.
Nah, terimakasih buat Frater Wicak sudah memberi banyak ilmu buat para umat di paroki Jumapolo. Serta tak ketinggalan juga selamat menjalani hidup bersama kami semoga banyak ilmu yang dapat Frater dapatkan dan dibawa ke Yogjakarta lagi.(YEP-VSP)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

TER....AYO BADMINTON MANEH

Posting Komentar

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. (Luk 10:21)