
Banyak cara untuk memuji Tuhan, salah satunya dengan musik. Alunan nanda yang merdu dipadu dengan senandung lirik-lirik pujian mampu membawa pendengarnya kedalam suasana khidmat dan intim denganNya. Hal inilah yang kiranya diperhatikan oleh Romo Rafael Tri Wijayanto dengan mengadakan seperangkat gamelan di paroki kita tercinta ini. Sepertinya gamelan mempunyai rona tersendiri dihati Romo, menurutnya tiap perangkat gamelan mempunyai kekhasan dalam menggetarkan hati penikmatnya. Kendang yang mantap ditabuh, bonang yang lincah merdu bersusul-sulanan, gender yang menenangkan dan perangkat lain yang mempunyai keunikan sendiri-sendiri.
Banyak manfaat lain yang dapat kita ambil dari pengadaan gamelan ini, alih-alih “nguri-uri” budaya jawa tentunya gamelan ini juga dapat mempererat kebersamaan di antara kita. Dari mereka yang sibuk dengan urusan masing-masing, dapat meluangkan waktu untuk berlatih bersama sambil bercanda dan jagongan. Lagi, bagi anak-anak muda yang mungkin sibuk pacaran, nongkrong, atau facebook-an dapat membagi jadwalnya sekedar satu dua jam “lungguh bersila” dan mulai ajar budaya sendiri lewat gamelan. Tentu, kalau semua itu dapat diwujudkan paroki kita ini pasti jadi paroki yang menyenangkan.
Sudah banyak dari kita yang sadar dan mulai memanfatkannya tinggal kita mau atau tidak, bukti nyata sudah diawali oleh rekan-rekan kita dari Karangbangun 5 saat misa bahasa jawa sudah menggunakan alat-alat karawitan paroki. SD Kanisiuspun juga sudah menanamkan kepada anak-anak didiknya untuk belajar karawitan sejak kelas 3 SD. Maka dari itu mari kita ajak bapak, ibu, adik, kakak atau anak-anak kita untuk melestarikan budaya jawa yang kita cintai ini.
0 komentar:
Posting Komentar
Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. (Luk 10:21)